Autisme


Autisme adalah suatu gangguan yang ditandai oleh melemahnya kemampuan bersosialisasi, bertingkah laku, dan berbicara. Autisme sering disebut dengan Autistic Spectrum Disorder (ASD). Untuk mengetahui apakah anak Anda mengidap autis, maka penting untuk mengetahui mulai dari gejala, tindakan kuratif (penyembuhan) hingga tindakan preventif (pencegahan), serta makanan apa yang baik dan tidak baik dikonsumsi oleh penderita autisme.
Tak mudah untuk mengetahui apakah anak kita mengalami gangguan perkembangan atau tidak, terlebih untuk membedakan autis dengan gangguan penyimpangan lain. Misal, membedakan autis dengan retardasi mental. Pada anak retardasi mental, seluruh aspek perkembangannya lambat, baik kecerdasan, sosial, maupun motorik halusnya. Jika diukur IQ-nya pun dibawah 70, hingga sulit membedakannya dengan anak autis, karena respon pada anak autis juga lambat. Makanya, anak autis cenderung bersikap cuek.
Pada umumnya, anak autis memiliki gangguan komunikasi yang lemah. Artinya, tidak bisa berbicara atau memiliki keterlambatan bicara pada usia seharusnya. Kadang kesalahan yang terjadi diakibatkan kurang tahunya orangtua akan penyakit ini. Sehingga menganggap biasa anak yang telat bicara. Ciri lain yang dapat dilihat ialah anak memiliki gangguan interaksi sosial. Dengan kondisi demikian, anak sulit untuk diajak berkomunikasi. Tak hanya itu saja, anak autis juga memiliki gangguan perilaku.
Ciri khas lain dari anak penderita autis yaitu, anak sering melakukan kegiatan yang berulang. Seperti mukul-mukul sendiri atau suka memutar diri sendiri yang dilakukan berulang kali
Pada beberapa studi menunjukkan bahwa anak yang mengalami autisme ternyata juga alergi terhadap makanan tertentu. Penderita autis umumnya mengalami masalah pencernaan, terutama makanan yang mengandung casein (protein susu) dan gluten (protein tepung), Karena kedua jenis protein tersebut sulit dicerna, maka akan menimbulkan gangguan fungsi otak apabila mengonsumsi kedua jenis protein ini. Sehingga perilaku penderita autis akan menjadi lebih hiperaktif.

Makanan Sehat Penyandang Autis
Suplemen yang baik memang benar-benar diperlukan anak autis. Adapun sumber terbaik yang dapat diberikan pada anak dengan kasus ini dapat berasal dari sayuran dan buah-buahan. Meski demikian, sebaiknya pilih sayuran dan buah-buahan yang tidak mengandung. Meski suplemen penting diberikan pada penderita autis, hal yang paling tepat lagi untuk dilakukan adalah memberikan pengaturan nutrisi yang tepat. Ketika makanan tidak tepat masuk ke dalam tubuh, maka akan masuk ke usus halus dan tidak tercerna dengan baik.
Akhirnya makanan tersebut keluar melalui urin, karena material tersebut sifatnya toxic (racun) sehingga terserap ke otak. Hal tersebut menyebabkan anak autis semakin hiperaktif. Untuk membantu mengurangi gejala hiperaktif dan membantu meningkatkan konsentrasi dan perbaikan perilaku, suplementasi omega 3 juga dapat dijadikan alternatif.

Kenali Gejala dan Terapi yang Tepat
Beberapa keganjalan yang sering dilakukan oleh penderita autis dapat dibantu dengan melakukan berbagai macam terapi. Dibawah ini berbagai macam terapi yang dibutuhkan anak dengan kebutuhan khusus.

Terapi medikamentosa
Memberikan obat pada anak sebaiknya dengan efek apa yang insin dicapai anak, namun berhubung toleransi anak terhadap obat efeknya sangat individual, maka orang tua harus bekerja sama dengan dokternya untuk memantau setiap efek obat yang positif maupun yang negatif. Yang diinginkan mungkin adalah dosis yang paling kecil dan paling efektif tanpa menimbulkan efek samping.
Biasanya efek yang ditimbulkan antara lain: ngantuk, ngiler dan kaku otot. Jadi yang perlu diingat adalah bahwa pemberian obat pada anak harus didasarkan pada diagnosa yang tepat, indikasi yang kuat, pemakaian obat seperlunya, pemantauan ketat gejala efek samping, dosis obat terus menerus dissuaikan kebutuhan, pakai obat yang sudah dikenal. Juga perlu diingat bahwa setiap anak mempunyai ketahanan yang berbeda terhadap efek obat, dosis obat, efe samping obat.

Terapi Wicara
Terapi wicara diperuntukan bagi anak - anak yang mengalami hambatan dalam berbicara dan berbahasanya. namun terapis harus mempunyai pengetahuan yang lebih mendalam mengenai ciri-ciri bicara dan berbahasa.

Terapi Okupasi
Terapi ini diberikan pada anak berkebutuhan khusus yang mempunyai perkembangan motorik yang kurang, baik motorik kasar maupun motorik halusnya.Pada anak - anak ini perlu diberikan terapi okupasi untuk membantu menguatkan, memperbaiki koordinasi dan keterampilan otot halus dan kasarnya.

Terapi Perilaku
Berbagai jenis terapi perilaku telah di kembangkan untuk penyandang anak berkebutuhan khusus, untuk mengurangi perilaku yang negatif dan menggantinya dengan perilaku positif yang bisa diterima dalam masyarakat. Bukan saja dari pihak guru yang yang harus menerapkan terapi perilaku pada saat belajar, namun setiap anggota keluarga dirumah harus bersikap sama dengan konsisten dalam menghadapi penyandang anak berkebutuhan khusus.

Pendidikan Khusus
Pada pendidikan / sekolah khusus diterapkan satu guru untuk satu anak pada tahap awal bagi anak berkebutuhan khusus. Karena pada umumnya mereka sulit untuk dapat memusatkan perhatian dalam satu kelas yang besar dan ramai. Secara bertahap mereka dimasukkan kedalam kelompok kecil lalu kelompok yang lebih besar ( jelas klasikal atau kelas reguler ). Pola pendidikan yang terstruktur baik disekolah maupun di rumah sangat di perlukan bagi anak – anak dengan berkebutuhan khusus. Mereka harus dilatih untuk cepat mandiri, terutama dalam soal bantu diri. maka seluruh keluarga di rumah harus memekai pola yang sama sehingga tidak membingungkan anak.
Namun ha utama dan yang utama adalah dukungan serta peran dari keluarga. Berdasarkan hasil studi, anak-anak berkebutuhan khusus memperoleh hasil yang lebih baik jika orangtua mereka terlibat pada tata laksana. Misalnya dalam hal berkomunikasi, penderita pada umumnya tidak dapat berkomunikasi dengan orang lain secara berarti karena kemampuannya membangun hubungan untuk berkomunikasi dengan orang lain terganggu.
Kondisi tersebut juga menjadi sorotan / perhatian banyak pihak, dan diyakini bahwa perhatian, cinta kasih dan ungkapan sayang dari orang tua dan keluarga memiliki efek "terapeutik". Dengan demikian orang tua dan keluarga dengan anak berkebutuhan khusus harus lebih proaktif bila menangkap tanda - tanda komunikasi dari mereka dan ingin berkomunikasi dengan mereka anak - anak berkebutuhan khusus.

(Sumber : INFO ASKES April 2009 )



Tidak ada komentar:

Posting Komentar